Pekan ini, saya dan mba sinta melanjutkan agenda program mentorship: "assessment" . Mba sinta sih 'ngakunya' introvert dan pemalu, tapi MasyaAllah ternyata orangnya seru. Mulanya saya sudah menyusun banyak pertanyaan buat jaga-jaga), eh ternyata obrolan kami malah mengalir. Banyak curcol. Kurlebnya saya merasa punya patner senasib seperjuangan. Hal yang membuat saya merasa 'ajaib': kadang baru kepikiran untuk chat atau nanya, eh.. mba sinta malah chat duluan. Baru mau ngetik ide, eh mba-nya juga sepemikiran. Klop, eksekusi!
Alhamdulillah.. ketika jadwal online saya masih random (yaitu saat ada bonus waktu), saya merasa bersyukur mendapat mentor pengertian. Kami bisa menyesuaikan ritme untuk berkolaborasi. Seketika inget langsung chat mba sinta. Kami pun sepakat untuk respon ya sebisanya. Family come first. Tujuan kami bertahan di bunda cekatan kan utamanya juga untuk keluarga. Jujur, ini juga "poin plus" yang saya syukuri dalam program mentorship ini.
Assessment
Pada sesi ini, saya menceritakan tentang 'bagaimana mulanya' dan sekilas 'perjalanan' saya concern dengan islamic home education/pengasuhan anak/tarbiyatul aulad. Yup, intinya sharing pengalaman sebagai praktisi dengan 3 anak (8tahun, 5 tahun dan 2 tahun) bukan sebagai ahli.
Saya juga menjelaskan terkait fokus telur utama di mind map buncek adalah rangkaian proyek penanaman iman pada anak. Dalam mentorship yang berdurasi 8 pertemuan/pekan ini, tentunya singkat. Jadi, saya ingin menspesifikan pada Allah sebagai "Al Khaliq" serta bertafakur alam. Buah dari iman adalah adab dan akhlak. Harapannya bisa melatih adab berinteraksi dengan alam. Teori sudah disampaikan, namun saya merasa masih kurang di 'pengamalan'. Oleh karena itu, saya tertarik untuk mengenalkan dan berpraktek dengan 'sustainable living'. Wacana ini sebenarnya sudah lama, tapi qodarullah sepertinya 'jodohnya' saat ini. Alhamdulillah, bertemunya juga mentor yang punya 2 balita. Jadi, ga punya banyak alasan 'kendala bocah' lagi. Hehe
Qodarullah, adanya pandemic covid19 dan kondisi bumi saat ini, membuat saya jadi banyak membaca terkait ketahanan keluarga, khususnya ketahanan pangan. Dari beberapa bacaan, 'sustainable living' (urban farming di dalamnya), diharapkan bisa menjadi solusi. Terkait 'sustainable living', dalam prakteknya saya masih awam. Adapun yang dilakukan baru menanam di pekarangan terbatas, seperti cabai, timun, dan beberapa lainnya. Lainnya? meminimalisir sampah.
Mba sinta, mentor saya, sudah menerapkan 'sustainable living' sejak dua tahun lalu karena prihatin dengan kondisi alam saat ini. Oia, mba sinta juga melibatkan Kak Hafshah (putrinya) dalam aktivitasnya, seperti: memilah sampah, mengantar ke tempat untuk pengolahan. Selain itu, mba sinta juga sudah menerapkan biopori, composting, eco-enzyme, ecobrick, dll. Dan, itu semua belum saya praktekan. Alhamdulillah, saatnya berguru di tahap kupu-kupu ini.. Semoga Allah mudahkan saya menyerap ilmu dari mentor dengan baik. Aamiin.,

Qodarullah, adanya pandemic covid19 dan kondisi bumi saat ini, membuat saya jadi banyak membaca terkait ketahanan keluarga, khususnya ketahanan pangan. Dari beberapa bacaan, 'sustainable living' (urban farming di dalamnya), diharapkan bisa menjadi solusi. Terkait 'sustainable living', dalam prakteknya saya masih awam. Adapun yang dilakukan baru menanam di pekarangan terbatas, seperti cabai, timun, dan beberapa lainnya. Lainnya? meminimalisir sampah.
Mba sinta, mentor saya, sudah menerapkan 'sustainable living' sejak dua tahun lalu karena prihatin dengan kondisi alam saat ini. Oia, mba sinta juga melibatkan Kak Hafshah (putrinya) dalam aktivitasnya, seperti: memilah sampah, mengantar ke tempat untuk pengolahan. Selain itu, mba sinta juga sudah menerapkan biopori, composting, eco-enzyme, ecobrick, dll. Dan, itu semua belum saya praktekan. Alhamdulillah, saatnya berguru di tahap kupu-kupu ini.. Semoga Allah mudahkan saya menyerap ilmu dari mentor dengan baik. Aamiin.,
Mohon bimbingannya, mba..
#TahapKupu-KupuPekan2
#BundaCekatanBatch1
#IbuProfesional
#InstitutIbuProfesional
Komentar
Posting Komentar