Langsung ke konten utama

Tahap Kupu-Kupu #part4

Mentorship: Check In
Pada tahap ini, kami diminta mengevaluasi "proses mentorship" secara sadar, terbuka, jujur. Outputnya tentunya lanjut atau menemukan 'opsi lain'.  Dari panduan yang diarahkan bu septi, saya pun membuat poin sebagai berikut.

Kenyamanan:
Alhamdulillah nyaman bangets 😍😍😍 Mulanya mengira bakal horor dikejar dateline tugas, tapi alhamdulillah bisa mengalir (tentunya menyesuaikan ritme kondisi bocah). Komunikasi dan respon/feedback alhamdulillah lancar dan prefer dengan platform chat wa karena ramah balita 🙈

Prioritas:
insyaAllah mentorship sejauh ini tetap prioritas setelah clien "anak-suami" terkondisikan 🙈  Alhamdulillah, bersyukur ketemu sosok mentor yang sabar, baik hati dalam memberikan input masukan dan tanggapan atas curcol mentee-nya

Tindak lanjut:
InsyaAllah melanjutkan program mentorships yang direncanakan di pertemuan sebelumnya.

*Proses: Perkembangan Saya pekan lalu
Tantangan saya adalah belum istiqomah dalam zero waste dan pilah sampah. Saya masih bingung kalau mendapat kiriman makanan dengan  bungkus kertas nasi, sytrofoam, plastik sayur,daging, ikan (soalnya di tukang sayur ini masih per paket), serta plastik belanja online 😬 Adapun yang sudah berhasil diamankan plastik bekas detergent, sabun, pouch, kopi, snack, dll. Saran dari mentor sebelumnya bisa disetorkan sesuai jadwal basiba Kota Bogor, namun belum dilakukan karena memang belum banyak.

Untuk berkebun, masih melanjutkan pemeliharaan semoga bisa berhasil sampai panen. So far, anak-anak berpartisipasi dalam menyiram dan mengamati untuk tadabbur. Oia, ada juga kabar dukanya: qodarullahu pare muda yang mulai tumbuh mati kepanasan. Bocah dan emak jd dapat pengalaman baru bahwa pare balita tidak ditaruh di tempat yg panas. Selain praktek berkebun, kami juga membaca buku terkait dengan sub judul taman dalam islam. MasyaaAllah,.bagus. Banyak insight yang baru diketahui.

*Pemahaman baru: insight dari mentor
Dari sesi sharing dengan mba mentor, saya jadi mendapat "pencerahan" terkait sumberdaya.
1. Idealnya memang "menuju sustainable living" merupakan misi keluarga sehingga punya partner untuk berkolaborasi. Namun, ketika belum 'ideal' dan belum punya partner ya lakukan sebisanya saja.
2. Sampah anorganik yang dipilah (untuk disetor ke basiba sesuai jadwal) sebaiknya ditempatkan di tempat yang aman. Sampah plastik bisa diolah menjadi ecobrick maupun pavin block. Ada komunitas yang mengolah ini, mungkin bisa jadi alternatif dikirim ke sana. Untuk sampah organik bisa diolah dengan menggunakan biopori dan komposter. Terkait saran ini, saya masih mencoba mempelajari karena memang harus diskusi sama suami. Selama ini, untuk sisa makanan "daging" minta bantuan si meong (kucing jalanan) yang suka lewat rumah. Sisa selain daging (kerak nasi/ campur potongan sayur sisa masak) biasanya diberikan ke markas unggas punya tetangga (ayam, bebek).
3. Menuju sustainable living dan zero waste memang sebaiknya bertahap, realistis dan nggak ngoyo.
4. Setiap orang punya tantangan masing-masing. Dalam melewati ini, "jangan banyak alasan". Orang lain bisa, insyaAllah kita bisa. Mba sinta kemarin cerita tentang effort temannya yang sekarang jadi pembicara dan praktisi zero waste. Saya pun jadi ikut kepoin mba @weddewi. Ahh, iya juga sih, success story merupakan salah satu cara efektif untuk meningkatkan semangat. Berkomunitas dan berjejaring dengan orang yang se-misi itu jadi mood booster juga ya. So, semangatttt!!!!

Alhamdulillah, jazaakillah khoyr mba mentor!

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Aliran Rasa #11

Aliran Rasa Alhamdulillah, saya senang di Tantangan Level #11 ini karena: 1. Bertaburan media edukasi baik itu di grup maupun sosmed. MasyaaAllah, kreatif dan sarat informasi bermanfaat.. barokallahu fiikunna, bunprof :) 2. Grup bunsay WhatsApp jadi "ramai" diskusi sepuluh hari berturut-turut. Tidak melulu berbicara akan tantangan masalah melainkan juga sharing untuk mencari solusi. MasyaaAllah, barokallahu fiikunna :) 3. Konsep metode "learning by teaching" per kelompok memberikan hikmah tersendiri, yaitu keluar dari zona nyaman. Biasanya buat rencana, eksekusi dan nulis sendiri. Tapi, tantangan kali ini lewat diskusi grup, mulai dari: membagi waktu jam online untuk diskusi,  menyamakan persepsi, aktif membaca literatur, merumuskan bahan dan media edukasi, membahas strategi membagi tugas, rembukan nama Genk, dll. Begitupun juga dengan menyimak presentasi grup lain yang mungkin jadwal online-nya di luar jam "online time" pribadi, tapi ya mensiasati...

saatnya berbagi makanan kesukaan (tahap ulat pekan6)

Pekan ini, tugasnya adalah 'mengasah rasa', mencoba berbagi makanan yang disukai oleh teman kita. MasyaAllah... jadi ingat hadits berikut. Yup, setelah kembali melihat jurnal #5, saya mencoba menganalisis setidaknya ada irisan kebutuhan yang sama dari 14 orang sahabat bulat, yakni: manajemen waktu, pendidikan anak dan cooking (resep). Oleh karena itu, saya kembali "ngubek-ngubek" dokumentasi sumber belajar yang pernah saya simpan dan manfaatkan dahulu. Dan, tarrraa.. saya pun segera mengemas paket potluck: 1. Manajemen waktu ramadhan di http://bit.ly/cemilanibu      2. Manajemen pendidikan anak di http://bit.ly/potluck_edu 3. Resep dan Pedoman gizi (dari rumbog IP Bogor) di http://bit.ly/bogabogor Terharu Mendapat Potluck Alhamdulillah, senang banget dapat potluck dari teman-teman. Alhamdulillah, semuanya saya butuhkan. Terharu! Nah, potluck dari teman-teman  saya klasifikasikan dalam dua tema besar, yakni parenting dan kajian keislaman. Untu...

Fotografi: Kids and Nature

Lokasi : Kebun Raya Bogor Tanggal Foto: 2 April 2017 Waktu: 07.54 Subtema: "Think Green" Model: Raufa Foto Edit: Tanpa Edit Lokasi : Kebun Raya Bogor Tanggal Foto: 2 April 2017 Waktu: 07.36 Subtema: "Galau: Main apa lagi ya?" Model: Hadiya Foto Edit: Tanpa Edit Lokasi : Kebun Raya Bogor Tanggal Foto: 2 April 2017 Waktu: 07.35 Subtema: "Just walking" Model: Hadiya Foto Edit: Tanpa Edit #kidsandnature #fotolandscape #lombafoto #rumbelfotografiiipbogor #rumahbelajarfotografi #femalefotografer #smartphonephotographer