Progress report
Feedback
Tentang mentorship
Untuk berkebun ala "home gardening", saya masih melanjutkan program harian yaitu merawat. Pekan ini, ada beberapa hal yang tidak sesuai ekspektasi, qodarullah.. hiks, beberapa tanaman tumbuhnya kutilang, ada juga yang daunnya bolong seperti dimakan "sesuatu", ada pula tanaman yang tetiba mati. Mulanya kesal dan sebal. Alhamdulillah Alaa Kulli haal, tapi hikmahnya banyak baca untuk cari referensi. Belum berhasil tetap harus jadikan pengalaman berharga. Ini "false celebration" bukan sih? Sempat terpikir, coba dari awal saya mendokumentasikannya dalam jurnal/diari harian berkebun mungkin bisa membantu menelusuri "why"-nya. Harusnya semainya begini, hindari hal ini. Tentunya sih tetap dalam koridor menerima takdir Allah.
Terkait hikmah berkebun, saya ingat pesan dari seorang dosen, kalau menanam itu niatnya harus lurus. Ga melulu harus panen. Tapi, niatkan ibadah dan sedekah. Rasulullah bersabda, “Tidaklah seorang muslim menanam tanaman lalu memakannya baik manusia atau keledai atau burung kecuali itu akan menjadi sedekah baginya hingga hari kiamat.” (HR. Muslim)
Jadi, sedikit melegakan hati untuk episode balada si daun bolong. Siapapun yang makan hitung-hitung sedekah yah 😅
Di balik progress "belum berhasil", tentunya ada juga hal yang menyenangkan dari berkebun. Melihat kuncup bunga yang tumbuh atau tunas yang muncul adalah momen yang sulit diungkapkan dengan kata-kata. MasyaAllah.. intinya emak dan anak happy.
Setelah berkebun, lanjut progress pilah sampah. Ahh ya, ini sampah plastik mulai banyak tapi belum disetor. Untuk sampah organik sisa makanan masih sama perlakuan seperti pekan lalu. Anak-anak pun berpartisipasi untuk kasih makan kucing, ayam, bebek. Dan, untuk sampah plastik juga mulai inisiatif setor ke ibu. Saya mengaku masih belum zero waste. Argghhh! Baru sebisa mungkin meminimalisir sampah saja. Doakan ya.. semoga bisa berproses ke zero waste.
Tujuan Saya
|
Langkah Saya
|
Deadline Saya
|
Progress
|
Membersamai anak agar bisa
mempraktekan adab terhadap tanaman
|
Mengajak/melibatkan anak untuk
berpartisipasi menanam merawat tanaman
|
Pekan 4,5,6,7,8
|
Masih berjalan
|
Mengevaluasi hal menarik atau
perkembangan pengamatan (mengambil hikmah/tadabbur)
|
Pekan 4,5,6,7,8
|
Masih berjalan
|
|
Berkisah atau berdialog terkait bidang
botani dan islam
|
Pekan ke-6
|
Belum terlaksana
|
|
Membersamai anak agar bisa
mempraktekan cegah-pilah sampah
|
Bedah buku anak terkait menjaga
lingkungan serta bersama mengambil hikmah
|
Pekan 4
|
Belum terlaksana, masih mencari buku
yang tepat
|
Simulasi ‘game’ pilah sampah dan
praktek
|
Pekan 5
|
Belum terlaksana
|
|
Mengevaluasi hal menarik atau
perkembangan pengamatan (mengambil hikmah/tadabbur)
|
Pekan 6,7,8
|
Belum terlaksana
|
Feedback
Berhubung masih dalam psbb, tentunya feedback ya dari orang rumah. So far, kalau nanya anak-anak mereka mah cengar-cengir. Dan kalaupun jawab, yah untuk menghibur emaknya. Hihihi.. tapi dukungan dengan partisipasi dalam aktivitas ini ya sudah menjadi kebahagiaan tersendiri.
Kalau suami, ini mah my devil advocate. Wkwkwk, dibilang kritis iya, tapi bantuin juga beresin tanaman. Dibilang skeptis iya, tapi istrinya tetap dijajanin juga buat beli pupuk dkk. Saya lihat sebenarnya suami juga punya ketertarikan dengan hidroponik. Hanya saja kan butuh biaya lebih ya untuk instalasi dll. Sedangkan, saya prefer ke permaculture. So, sebenarnya kita tuh masih dalam pembuktian "we'll see". Terakhir, terkait sampah, ya beliau tetap ga mau ribet. Jangan numpuk2 aja.
Saya merasa terkait sustainable living ini, saya masih mencari formula tepat yang pas untuk keluarga saya. Semoga semakin sering bertemu dengan 'aha moment'-nya. Aamiin..
Mentor saya, mba sinta, aura feedbacknya tipe motivator dan penyemangat. Hadir dengan referensi menarik yang membuat saya 'terinspirasi'. Sebagai pemula atau newbie, tentunya saya merasa nyaman. Someday, saya juga membutuhkan another devil advocate untuk memberikan "feedback" terkait apa yang dikerjakan di mind map. Yup, insyaAllah tetap menjadi pe-er saya ke depannya. Bukan sekedar formalitas buncek saat ini.
Tentang mentorship
Dari pemaparan pekan ini, saya masih mencerna makna "false celebration", "butterfly effect", "kepompong kosong", serta "devil advocate". Saya dan mentor sempat "pending" pembahasan "false celebration" dan memutuskan untuk menunggu ada yang mengajak 'peer' atau dibahas di grup dengan waktu sampai sabtu. Sama-sama bingung dan butuh pencerahan. Berhubung tidak ada wacana dari yang lain hingga sabtu, kami pun memutuskan untuk private false celebration: berdua saja.
Jujur, dulu saya pernah berpikir tidak melanjutkan tahap kupu-kupu (seperti yang sudah diceritakan di jurnal 1). Banyak kekhawatiran akan tidak optimal. Namun, akhirnya saya putuskan melanjutkan. Dan, MasyaAllah, mentorship ternyata hal yang menyenangkan. Kekhawatiran demi kekhawatiran Alhamdulillah terlewati pekan demi pekan. Yup, saya akui salah menilai sebelum mencoba. Yang terbayang dulu ya coaching ala pencarian bakat itu loh. Penuh challenge, padat jadwal. Duhh..
Keputusan lanjut tahap kupu-kupu adalah hal pertama yang saya syukuri. Alhamdulillah.. meski telat 4 Hari 😬 Menemukan mentor yang tepat adalah hal kedua yang saya syukuri. MasyaAllah. Menurut saya, beliau sosok motivator, saya jadi menemukan beberapa puzzle yang tersambung di mind map untuk kualitas hidup lebih baik dengan sustainable living, menguatkan strong why, serta memulai dengan hal yang realistis. Beliau juga memberikan referensi yang menjadi pencerahan. Jazaakillah khoyr mba..
Sejauh ini, Alhamdulillah, komunikasi dengan mentor dan ritme mentoring membuat saya nyaman dan memudahkan saya beradaptasi. Tapi, di satu sisi, saking nyaman-nya, kami (saya dan mba mentor) bingung ini tuh baik atau masuk false selebration juga karena bisa jadi kami terlalu nyaman di zona nyaman. Bagian inilah yang butuh pencerahan agar kami tidak terjebak di butterfly effect. hehehe.
Hmmm.. dari false selebration, hal yang penting dilakukan adalah apresiasi. Yup, dalam perjalanan ini, baik saya dan mba sinta, baru pertama kali terlibat dalam proyek mentorship. Setidaknya kami sudah mencoba. Yeiy, good start! Hanya mungkin pe-ernya masih harus banyak belajar mengasah skill communication, memahami/menanggapi permasalahan serta memberi feedback bagi partner, problem solving dan banyak hal lainnya. Semoga Allah mudahkan sampai akhir. Semoga seiring sejalan semakin mendapat pencerahan dari pembelajaran di mentorship ini. Aamiin
Keputusan lanjut tahap kupu-kupu adalah hal pertama yang saya syukuri. Alhamdulillah.. meski telat 4 Hari 😬 Menemukan mentor yang tepat adalah hal kedua yang saya syukuri. MasyaAllah. Menurut saya, beliau sosok motivator, saya jadi menemukan beberapa puzzle yang tersambung di mind map untuk kualitas hidup lebih baik dengan sustainable living, menguatkan strong why, serta memulai dengan hal yang realistis. Beliau juga memberikan referensi yang menjadi pencerahan. Jazaakillah khoyr mba..
Sejauh ini, Alhamdulillah, komunikasi dengan mentor dan ritme mentoring membuat saya nyaman dan memudahkan saya beradaptasi. Tapi, di satu sisi, saking nyaman-nya, kami (saya dan mba mentor) bingung ini tuh baik atau masuk false selebration juga karena bisa jadi kami terlalu nyaman di zona nyaman. Bagian inilah yang butuh pencerahan agar kami tidak terjebak di butterfly effect. hehehe.
Hmmm.. dari false selebration, hal yang penting dilakukan adalah apresiasi. Yup, dalam perjalanan ini, baik saya dan mba sinta, baru pertama kali terlibat dalam proyek mentorship. Setidaknya kami sudah mencoba. Yeiy, good start! Hanya mungkin pe-ernya masih harus banyak belajar mengasah skill communication, memahami/menanggapi permasalahan serta memberi feedback bagi partner, problem solving dan banyak hal lainnya. Semoga Allah mudahkan sampai akhir. Semoga seiring sejalan semakin mendapat pencerahan dari pembelajaran di mentorship ini. Aamiin
Komentar
Posting Komentar