Surat Al Fatihah dan Al Baqarah
Kita adalah milik Allah dan akan pulang kembali pada Allah. Kita bisa berjalan jika bisa melihat dengan bantuan 'cahaya' Allah. Kita memohon doa pada Allah agar pulang dengan cara yang paling baik. Allah mengajarkan doa pada kita di surat Al Fatihah yang senantiasa diulang setiap sholat: "ihdinash shirothol mustaqim"*) Kebutuhan manusia adalah hidayah. Manusia membutuhkan bimbingan petunjuk. Dalam surat Al Baqarah, Allah memberikan petunjuk, yakni: Al Qur'an. Al Qur'an adalah huda lin naas (bagi manusia secara umum) dan huda lil mutaqin (bagi orang bertakwa secara khusus). PR kita adalah memantaskan diri ke level takwa.
Iman dan Qur'an
Ada aspek
1. Yang memberi pengaruh: Qur'an
2. Yang mendapat pengaruh: hati/jantung. Qur'an turun ke dalam hati
Para sahabat dulu belajar iman sebelum Qur'an**)
Generasi sahabat (awal) mempunyai pondasi keimanan yang baik sehingga bisa menikmati segala ibadah dan perintah Allah. Karena kecintaan Allah (mahabbah) sudah menjadi landasan, maka fiqih takwa yang digunakan. Ingin melakukan amalan terbaik di hadapan Allah. Mengapa para sahabat ditolong oleh Allah? Karena sahabat mengenal Allah dan senantiasa bersama Allah.
Ibadah adalah suatu aktivitas yang mendatangkan keridhoan Allah. Ada yang motivasinya karena takut neraka, ingin masuk surga, ada juga yang karena kecintaan pada Allah. Surga hanyalah sarana. Kenapa ingin masuk surga? bukan sekedar karena kenikmatan, tapi karena ingin bertemu Allah dan rasulNya. Orang yang dekat dengan Allah maka ia akan mudah mendapatkan kebahagiaan dimanapun dan kapanpun. Namun, sayangnya, kebanyakan manusia kebahagiaannya bersandar pada orientasi kebendaan. Beribadahlah karena Allah, jangan asal-asalan atau malas-malasan! Barangsiapa yang tidak merasakan surga dunia, maka tidak akan merasakan surga akhirat.
Sebelum mengucapkan syahadat "laa ilaaha ilallah", ada urutan sebelumnya yaitu fa'lam annahu (mengenal Allah). Syahadat yang dilakukan harus secara sadar, yakin karena ilmu. Iman diwujudkan dalam hati, lisan dan perbuatan. Jika akidahnya baik, maka akhlaknya pun akan baik. Iman memiliki 6 rukun (pilar). Dua pilar Iman: iman pada Allah dan hari akhir (HR Bukhari Muslim terkait berkata baik atau diam). Iman memiliki cabang-cabang.
Cara mengenal Allah: 1) lewat kalamNya (Quran), 2) lewat perbuatanNya, 3) ciptaanNya. Hadirkan Allah dalam kehidupan anak-anak kita. Ajari mereka mengenal Allah dan dekat dengan Allah. Ketika mereka dekat dengan Allah, maka mereka tidak bergantung pada makhluk.
Tadabbur dari QS, Al Alaq, semua masalah dapat diselesaikan dengan membaca: 1) kitabullahi mastur (Qur'an), 2) kitabullahi manshur, 3) kitabullahi manzhur (apa yang dilihat dengan mata).
Tidak ada kata terlambat untuk menanamkan iman. Jika terasa masih kurang, tetap semangat kuatkan pondasi. Misal: soal shalat, masih harus diingatkan atau didorong. Selama anak masih bersama orang tua di rumah, peran orang tua terus mendorong dan menanamkan iman. Alternatif kegiatan bersama anak: 1) Tadabbur doa matsur, kaitkan dengan Allah, 2) Belajar sirah, kaitkan dengan Allah..
Penjelasan dari Referensi Lain
*Surat Al Fatihah disebut pula ash shalah. Surat Al Fatihah disebut shalat karena shalat tidaklah sah kecuali dengan Al Fatihah. Dalilnya adalah hadits qudsi berikut,
عَنْ أَبِى هُرَيْرَةَ عَنِ النَّبِىِّ -صلى الله عليه وسلم- قَالَ « مَنْ صَلَّى صَلاَةً لَمْ يَقْرَأْ فِيهَا بِأُمِّ الْقُرْآنِ فَهْىَ خِدَاجٌ – ثَلاَثًا – غَيْرُ تَمَامٍ ». فَقِيلَ لأَبِى هُرَيْرَةَ إِنَّا نَكُونُ وَرَاءَ الإِمَامِ. فَقَالَ اقْرَأْ بِهَا فِى نَفْسِكَ فَإِنِّى سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- يَقُولُ « قَالَ اللَّهُ تَعَالَى قَسَمْتُ الصَّلاَةَ بَيْنِى وَبَيْنَ عَبْدِى نِصْفَيْنِ وَلِعَبْدِى مَا سَأَلَ فَإِذَا قَالَ الْعَبْدُ ( الْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ ). قَالَ اللَّهُ تَعَالَى حَمِدَنِى عَبْدِى وَإِذَا قَالَ (الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ ). قَالَ اللَّهُ تَعَالَى أَثْنَى عَلَىَّ عَبْدِى. وَإِذَا قَالَ (مَالِكِ يَوْمِ الدِّينِ). قَالَ مَجَّدَنِى عَبْدِى – وَقَالَ مَرَّةً فَوَّضَ إِلَىَّ عَبْدِى – فَإِذَا قَالَ (إِيَّاكَ نَعْبُدُ وَإِيَّاكَ نَسْتَعِينُ ). قَالَ هَذَا بَيْنِى وَبَيْنَ عَبْدِى وَلِعَبْدِى مَا سَأَلَ. فَإِذَا قَالَ (اهْدِنَا الصِّرَاطَ الْمُسْتَقِيمَ صِرَاطَ الَّذِينَ أَنْعَمْتَ عَلَيْهِمْ غَيْرِ الْمَغْضُوبِ عَلَيْهِمْ وَلاَ الضَّالِّينَ ). قَالَ هَذَا لِعَبْدِى وَلِعَبْدِى مَا سَأَلَ ».
Dari Abu Hurairah, dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, beliau bersabda, “Barangsiapa yang shalat lalu tidak membaca Ummul Qur’an (yaitu Al Fatihah), maka shalatnya kurang (tidak sah) -beliau mengulanginya tiga kali-, maksudnya tidak sempurna.” Maka dikatakan pada Abu Hurairah bahwa kami shalat di belakang imam. Abu Hurairah berkata, “Bacalah Al Fatihah untuk diri kalian sendiri karena aku mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa salam bersabda, “Allah Ta’ala berfirman: Aku membagi shalat (maksudnya: Al Fatihah) menjadi dua bagian, yaitu antara diri-Ku dan hamba-Ku dua bagian dan bagi hamba-Ku apa yang ia minta. Jika hamba mengucapkan ’alhamdulillahi robbil ‘alamin (segala puji hanya milik Allah)’, Allah Ta’ala berfirman: Hamba-Ku telah memuji-Ku. Ketika hamba tersebut mengucapkan ‘ar rahmanir rahiim (Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang)’, Allah Ta’ala berfirman: Hamba-Ku telah menyanjung-Ku. Ketika hamba tersebut mengucapkan ‘maaliki yaumiddiin (Yang Menguasai hari pembalasan)’, Allah berfirman: Hamba-Ku telah mengagungkan-Ku. Beliau berkata sesekali: Hamba-Ku telah memberi kuasa penuh pada-Ku. Jika ia mengucapkan ‘iyyaka na’budu wa iyyaka nasta’in (hanya kepada-Mu kami menyebah dan hanya kepada-Mu kami memohon pertolongan)’, Allah berfirman: Ini antara-Ku dan hamba-Ku, bagi hamba-Ku apa yang ia minta. Jika ia mengucapkan ‘ihdiinash shiroothol mustaqiim, shirootolladzina an’amta ‘alaihim, ghoiril magdhuubi ‘alaihim wa laaddhoollin’ (tunjukkanlah pada kami jalan yang lurus, yaitu jalan orang yang telah Engkau beri nikmat, bukan jalan orang yang dimurkai dan bukan jalan orang yang sesat), Allah berfirman: Ini untuk hamba-Ku, bagi hamba-Ku apa yang ia minta.” (HR. Muslim no. 395). Juga dalam hadits di atas disebut pula bahwa Al Fatihah disebut pula Ummul Qur’an.
Dalam penjelasan hadits qudsi di atas disebutkan bahwa surat Al Fatihah yang tujuh ayat terbagi menjadi dua. Tiga-setengah ayat yang pertama adalah untuk Allah dan sanjungan untuk-Nya. Tiga-setengah ayat yang berikutnya adalah untuk hamba, yaitu mulai dari ayat ‘wa iyyaka nasta’in’ hingga akhir surat. (https://rumaysho.com/3228-faedah-2-surat-al-fatihah.html )
**
**
عَنْ جُنْدُبِ بْنِ عَبْدِ اللَّهِ قَالَ كُنَّا مَعَ النَّبِىِّ -صلى الله عليه وسلم- وَنَحْنُ فِتْيَانٌ حَزَاوِرَةٌ فَتَعَلَّمْنَا الإِيمَانَ قَبْلَ أَنْ نَتَعَلَّمَ الْقُرْآنَ ثُمَّ تَعَلَّمْنَا الْقُرْآنَ فَازْدَدْنَا بِهِ إِيمَانًا »
Dari Jundub bin ‘Abdillah, ia berkata, kami dahulu bersama Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, kami masih anak-anak yang mendekati baligh. Kami mempelajari iman sebelum mempelajari Al-Qur’an. Lalu setelah itu kami mempelajari Al-Qur’an hingga bertambahlah iman kami pada Al-Qur’an. (HR. Ibnu Majah, no. 61. Al-Hafizh Abu Thahir mengatakan bahwa sanad hadits ini shahih. Beberapa faedah dari hadits: 1) para sahabat ketika kecil sangat semangat mempelajari hal iman (berbagai hal terkait rukun iman) sebelum perkataan dan perbuatan, 2) para sahabat kecil juga semangat mempelajari dan menghafal Al-Qur’an, 3) para sahabat sangat semangat belajar agama, 4) pentingnya membekali diri dengan iman dan mempelajarinya, mulai dari beriman kepada Allah, iman kepada malaikat, iman kepada kitab Allah, iman kepada para Rasul, iman kepada hari akhir dan iman kepada takdir. Inilah asas akidah yang mesti ditanamkan dalam diri. Itulah yang kita kenal dengan rukun iman yang enam. Iman seperti ini yang harus ditanamkan dengan benar sebelum mempelajari Al-Qur’an. 5) mempelajari Al-Qur’an jadi bermanfaat jika memiliki bekal iman yang shahih. 6) Akidah hendaklah sudah ditanamkan pada anak-anak kita sejak dini. Sudah benarkah imannya pada Allah, sebagai penciptanya, pemberi rezeki, dan pengatur alam semesta. Semisal pula, sudah benarkan ia jadikan Allah sebagai satu-satunya ilah (https://rumaysho.com/13351-belajar-mana-dulu-jelas-akidah-dulu.html)
Komentar
Posting Komentar