Mengapa perlu meneladani?
-Rasulullah memberikan
apresiasi terhadap ‘generasi terbaik’ ini bahkan sebelum mereka lahir (hadits)
-Generasi Ini tidak mendapat
sentuhan langsung dari Rasul (namun dari sahabat) tapi mencapai kegemilangan
islam. Jadi, hikmahnya pendidikan islam dapat diterapkan meski tidak ada Rasul.
Kegemilangan islam dapat dicapai jika umat dapat menerapkan ajaran islam serta
berinteraksi dengan ajarannya secara baik dan benar. Kelemahan umat islaam bukan
karena dien-nya, tapi kelemahan umat dalam menggali ajarannya, kelemahan umat
berinteraksi dengan al quran.
Tabi'in: Kibar at tabiin dan sighor tabi'in
Kibar tabi'in: putra para sahabat senior (Urwah bin Zubair,
Abbad bin Utsman bin Affan), Sayyid bin Mussayib, Al Qosim bin Muhammad bin Abu
Bakar, Ibnu Shihab Al Zuhri, Umar bin Abdul Aziz, Hasan Bashri, Atho’ bin Rabah, Muhammad bin Ibnu Sirin
Umar bin Abdul Aziz
Umar bin Abdul Aziz dikenal bukan karena 'nasab keluarga' semata tapi karena karyanya. Umar bin Abdul Aziz adalah pembaharu (tajdid) 100 tahun pertama dalam sejarah Islam. Perubahan dilakukan secara komprehensif (pendidikan, politik, ekonomi, dll) bukan sektoral. Perubahan ada yang dilakukan oleh Allah, ada yang dilakukan manusia. Manusia berperan atas tanggung jawab yang diembannya. Perubahan bergantung pada seberapa besar komitmen suatu generasi mengambil peran dalam perubahan. Pada perang badar saja, meski ada mukjizat malaikat turun, kaum muslimin tetap mengambil peran dalam perang. Sunnatullah perubahan, besar tanggung jawab yang diambil sebanding dengan hasil yang diperoleh.
Sinyal dari Allah: setiap ujung 100 tahun akan hadir pembaharu umat yang memperbaiki ajaran agama. Bisa jadi kita tidak menemuinya, namun kita harus mengambil peran dan tanggung jawab untuk mempersiapkannya generasi mujadid (bukan pasif menanti perubahan karena sunnatullah akan berjalan).
Sinyal dari Allah: setiap ujung 100 tahun akan hadir pembaharu umat yang memperbaiki ajaran agama. Bisa jadi kita tidak menemuinya, namun kita harus mengambil peran dan tanggung jawab untuk mempersiapkannya generasi mujadid (bukan pasif menanti perubahan karena sunnatullah akan berjalan).
Umar bin Abdul Aziz tidak lahir dari rumah kosong, tapi pemimpin yang sudah didesain, dipersiapkan dengan pendidikan. Kritikan pedas pernah dilontarkan pada bani ummayah bahwa kepemimpinan sebelum Umar bin Abdul Aziz buruk (karena standar bandingannya adalah khulafaur rasyidin). Padahal, di masa bani umayah, tidak sepenuhnya buruk. Infrastruktur berkembang. Ada rumah sakit yang menjadi rujukan berbagai wilayah, karena terpisah antara perempuan dan laki-laki, lengkap dan gratis. Setiap orang buta dan cacat memperoleh asisten yang melayaninya (asisten tersebut dibiayai negara.red). Penurunan atau pergeseran nilai-nilai yang terjadi di masyarakat (semenjak berakhirnya khulafaur rasyidin) pun dikembalikan kembali oleh Umar bin Abdul Aziz.
Ayah Umar bin Abdul Aziz adalah putra mahkota (namun tidak pernah menjadi Khalifah karena meninggal duluan). Ayah Umar pernah diamanahi sebagai Gubernur Mesir (posisi strategis dalam mengembangkan islam ke andalusia). Abdul Aziz berkarakter ningrat.
Ashim bin Umar (kakek Umar bin Abdul Aziz) fokus ke pendidikan. Kelak dinikahkan dengan seorang gadis shalihah penjual susu (kisah yang masyhur). Dari pernikahan ini lahir laila (ummu ashim) yang kelak menjadi ibu Umar bin Abdul Aziz. Karakternya cantik, lembut, shalihah, 'alim, akhlaknya baik. Abdul Aziz memberikan mahar 400 dinar (dari harta yang paling baik).
Umar ra pernah bermimpi dan berfirasat bahwasannya akan lahir dari keturunan Umar ra yang menjadi pemimpin dan menghiasi bumi dengan keadilan. Oleh karena itu, banyak keturunan Umar menamakan anaknya "umar".Ketika ayahnya menjadi Gubernur Mesir, ibu dan saudaranya pindah ke Mesir kecuali Umar. Atas saran dari Abdullah bin Umar, Umar bin Abdul Aziz tetap di Madinah. Abdullah bin Umar memiliki firasat yang kuat terkait Umar bin Abdul Aziz dan ingin mendidiknya. Umar bin Abdul Aziz memiliki karakter yang mirip dengan bani Umar serta mempunyai firasat yang kuat. Abdul Aziz menyetujuinya namun tetap meminta bantuan Shalih bin Kaysan (ulama besar) sebagai pengawas/murobbi/mentor/guru bagi putranya serta melaporkan perkembangan putranya secara berkala. Dari segi politis, keberadaan Umar di Madinah memiliki peran tersendiri. Madinah merupakan daerah paling sulit dikuasai secara politis oleh Bani Umayah. Umar bin Abdul Aziz diharapkan dapat dekat tokoh-tokoh besar di Madinah. Dari segi pendidikan, Abdul Aziz merasa bersyukur bahwa putranya mendapat pendidikan yang baik dari para ahli ilmu di Madinah. Pendidikan Umar bin Abdul Aziz diperoleh dari semua lini guru yang shalih. Meskipun ayahnya jauh, namun perhatian ayah padanya luar bisa dengan bantuan seorang guru.
Umar bin Abdul Aziz dinikahkan usia 20th oleh pamannya Abdul Malik (khalifah) dengan Fathimah (ayah, kakek, saudara dan suaminya khalifah). Abdul Malik bin Marwan ketika Umar di Madinah memberikan kiriman tunjangan dana 1000 dinar tiap bulan. Ketika ditanya terkait uang tersebut, "Orang-orang yang menggunakan uangnya tidak berlebih-lebihan dan tidak pelit, pertengahan saja" (dijawab dengan quran). Abdul Malik ingin tahu apakah gayanya berfoya-foya (bani ummayah) atau zuhud seperti Madinah.
Gaya Umar bin Abdul Aziz
Sebelum jadi khalifah: sendal, baju, parfum, outfit ada yang urus. Gaya jalannya dikenal. Parfumnya 'dikenal' karena khas. Kalau bajunya dicuci, banyak yang berebut airnya saking wanginya.
Pendidikan
Ayah Umar bin Abdul Aziz adalah putra mahkota (namun tidak pernah menjadi Khalifah karena meninggal duluan). Ayah Umar pernah diamanahi sebagai Gubernur Mesir (posisi strategis dalam mengembangkan islam ke andalusia). Abdul Aziz berkarakter ningrat.
Ashim bin Umar (kakek Umar bin Abdul Aziz) fokus ke pendidikan. Kelak dinikahkan dengan seorang gadis shalihah penjual susu (kisah yang masyhur). Dari pernikahan ini lahir laila (ummu ashim) yang kelak menjadi ibu Umar bin Abdul Aziz. Karakternya cantik, lembut, shalihah, 'alim, akhlaknya baik. Abdul Aziz memberikan mahar 400 dinar (dari harta yang paling baik).
Umar ra pernah bermimpi dan berfirasat bahwasannya akan lahir dari keturunan Umar ra yang menjadi pemimpin dan menghiasi bumi dengan keadilan. Oleh karena itu, banyak keturunan Umar menamakan anaknya "umar".Ketika ayahnya menjadi Gubernur Mesir, ibu dan saudaranya pindah ke Mesir kecuali Umar. Atas saran dari Abdullah bin Umar, Umar bin Abdul Aziz tetap di Madinah. Abdullah bin Umar memiliki firasat yang kuat terkait Umar bin Abdul Aziz dan ingin mendidiknya. Umar bin Abdul Aziz memiliki karakter yang mirip dengan bani Umar serta mempunyai firasat yang kuat. Abdul Aziz menyetujuinya namun tetap meminta bantuan Shalih bin Kaysan (ulama besar) sebagai pengawas/murobbi/mentor/guru bagi putranya serta melaporkan perkembangan putranya secara berkala. Dari segi politis, keberadaan Umar di Madinah memiliki peran tersendiri. Madinah merupakan daerah paling sulit dikuasai secara politis oleh Bani Umayah. Umar bin Abdul Aziz diharapkan dapat dekat tokoh-tokoh besar di Madinah. Dari segi pendidikan, Abdul Aziz merasa bersyukur bahwa putranya mendapat pendidikan yang baik dari para ahli ilmu di Madinah. Pendidikan Umar bin Abdul Aziz diperoleh dari semua lini guru yang shalih. Meskipun ayahnya jauh, namun perhatian ayah padanya luar bisa dengan bantuan seorang guru.
Umar bin Abdul Aziz dinikahkan usia 20th oleh pamannya Abdul Malik (khalifah) dengan Fathimah (ayah, kakek, saudara dan suaminya khalifah). Abdul Malik bin Marwan ketika Umar di Madinah memberikan kiriman tunjangan dana 1000 dinar tiap bulan. Ketika ditanya terkait uang tersebut, "Orang-orang yang menggunakan uangnya tidak berlebih-lebihan dan tidak pelit, pertengahan saja" (dijawab dengan quran). Abdul Malik ingin tahu apakah gayanya berfoya-foya (bani ummayah) atau zuhud seperti Madinah.
Gaya Umar bin Abdul Aziz
Sebelum jadi khalifah: sendal, baju, parfum, outfit ada yang urus. Gaya jalannya dikenal. Parfumnya 'dikenal' karena khas. Kalau bajunya dicuci, banyak yang berebut airnya saking wanginya.
Pendidikan
- Pertumbuhan dan perkembangan di Madinah (berguru pada 8 shahabat dan 25 tabi'in)
- Ayahnya pun hadir dalam pendidikan, tidak tinggal diam dan perhatian. Suatu ketika, Umar telat shalat hingga di shaf belakang. Gurunya tidak rela muridnya di shaf belakang karena 'urusan rambut' dan langsung melapor pada ayahnya. Ayahnya mengirim tukang cukur dari Mesir dengan pesan khusus 'cukur botak'. Bagi ayah, anak terlambat sholat adalah 'masalah serius'.
- Sejak kecil, sudah hafal quran.
- Sering menangis ketika baca quran dan tadabbur
- Keilmuan masyaAllah luar biasa
- Imam (ulama terkemuka), faqih (menguasai dalam), Hafidz (penguasaan terhadap hadits), mujathid, akhlaknya taat pada Allah dan banyak taubat.
- Keluasan akan keilmuan mirip az zuhri (menghimpun segala ilmu dan rujukan di Madinah), zuhud mirip Hasan al Bashri, keadilan dan kepemerintahan mirip Umar bin Khattab.
- Matang bidang politik dan pemerintahan. Usia 26 tahun jadi gubernur Madinah (posisi strategis). Gubernur sebelumnya tidak disukai. Umar bin Abdul Aziz disukai di Madinah sehingga Bani Umayah jadi punya legitimasi politik kuat. Umar tidak bisa tinggal diam terhadap kedzaliman, kebobrokan, ketidakadilan. Umar punya bargaining dan 'mengajukan syarat jadi gubernur' terhadap pemerintah pusat, tidak akan mengikuti kebijakan jika dzalim. Persyaratan: menjalankan pemerintahan dengan adil, bisa melaksanakan haji tahun pertama dan punya kewenangan untuk menyalurkan tunjangan langsung ke masyarakat Madinah.
- Ketika jadi gubernur, dia membuat dewan penasehat gubernur (terdiri dari orang berilmu, paham dan berakhlak). Tugasnya: konsultan dan mengawasi pegawai pemerintah. Sayyid Musayyib itu kunci di Madinah, tidak mau bertemu/dipanggil dengan pejabat. Tapi, ketika pejabatnya Umar bin Abdul Aziz, Sayyid mau memberi masukan.
- Penyambung lidah rakyat diapresiasi Umar.
- Talenta kepemimpinan sejak menjadi gubernur. Dia mengingatkan Abdul Malik bin Marwan, Walid bin Abdul Malik, Sulaiman bin Abdul Malik.
- Setelah 6 tahun, dicopot karena ada permasalahan denga Hajaj. Maka, Umar pindah ke Damaskus dan mengkritik secara langsung Walid bin Abdul Malik.
- Pada masa Sulaiman bin Abdul Malik, Umar menjadi penasehat utama. Setelah Sulaiman bin Abdul Malik wafat, penasehatnya (Raja bin Haiwah) menyarankan diganti dengan Umar bin Abdul Aziz.
Ketika kita ingin mengambil ibroh dari sejarah ini, bukan berarti harus menghasilkan/menghadirkan generasi sekualitas Umar bin abdul Aziz. Karena, tantangan dan kompleksitas permasalahan setiap masa berbeda. Allah tidak akan membebani di luar kemampuan kita. Apakah kita sudah mengoptimalkan kemampuan kita? Hal terpenting adalah qonun, sunnatullahnya. Salah satu kunci keberhasilannya adalah pendidikan. Pendidikan islam itu menghasilkan orang-orang hebat dari berbagai latar belakang (miskin, kaya, anak pembantu (seperti Hasan Al Bashri)).
**Islam tidak masuk ke Indonesia lewat pedagang gujarat. Biografi shahabat juga terdokumentasi secara rapih. Tidak ada shahabat yang pernah ke Indonesia.
Komentar
Posting Komentar