Langsung ke konten utama

Membangkitkan Fitrah Seksualitas Anak #2

Review Kelompok #2

Hari ini, giliran presentasi kelompok dua De'HaP Mom -yang insyaAllah filosofinya menjadi ibu bahagia- dengan personil mba Desy dwianuk, mba Hilda LNAD dan mba Pipin Latifah. Beberapa informasi yang saya catat anggap penting adalah sebagai berikut.

Pertama adalah terkait tantangan gender. Menurut De'HaP Mom, tantangan gender sekarang ini adalah:
1. Kasus Perceraian (yang disebabkan oleh selingkuh, ketidakharmonisan, hingga persoalan ekonomi)
2. Sistem patriarki yang menjadi penyebab penindasan terhadap perempuan. Salah satunya dapat dilihat dari  kesenjangan antara anak laki-laki dan perempuan yang disekolahkan tinggi dan angka putus sekolah. Penindasan terhadap perempuan juga terlihat dari kasus pelecehan seksual dan pelecehan sosial yang dialami kaum perempuan.
3. Maraknya pornografi dan represifitas seks yang menyebabkan LGBT dan perilaku seks menyimpang.

Kedua, peran yang bisa dilakukan sebagai solusi untuk menjawab tantangan diklasifikasikan menjadi internal dan eksternal.
A. Peran Internal
Menerapkan pendidikan fitrah seksualitas sejak dini pada anak-anak. Adapun tujuan utama yang ingin dicapai adalah:
1. Membuat anak mengerti tentang identitas seksualnya. Indikatornya:
1.1. Anak bisa memahami bahwa dia itu laki-laki ataupun perempuan.
1.2. Anak sudah harus bisa memastikan identitas seksualnya sejak berusia tiga tahun. Orang tua dapat mengenalkan organ seksual yang dimiliki oleh anak. Ada baiknya dikenalkan dengan nama ilmiahnya, misalnya vagina pada perempuan atau penis pada laki-laki.
2. Membuat anak mengenali peran seksualitas yang ada pada dirinya.
Dengan mengenali perannya, anak mampu menempatkan dirinya sesuai peran seksualitasnya, seperti: cara berbicara, cara berpakaian atau merasa, berpikir dan bertindak.
3. Mengajarkan anak untuk melindungi dirinya dari kejahatan seksual.
Ketika anak sudah lancar berbicara dan mulai beraktivitas dengan teman-temannya di luar rumah, maka orangtua perlu mengajarkan tentang area pribadi tubuhnya. Area pribadi tubuh adalah bagian tubuh yang tidak boleh dipegang oleh orang lain, kecuali untuk pemeriksaan atau untuk dibersihkan. Hanya orangtua ataupun dokter yang boleh memegang area pribadi ini. Empat area pribadi tersebut adalah anus, kemaluan, payudara dan mulut. Dengan mengetahui hal tersebut, InsyaAllah anak akan waspada kepada pihak-pihak yang akan melakukan kejahatan seksual padanya.
B. Peran Eksternal
Menjadi kontrol sosial yang peduli lingkungan sekitar dengan cara yg lembut dan santun.

Ketiga, terkait proses pembangkitan fitrah seksualitas. Proses yang dipaparkan mengacu pada Fitrah Based Education. Tahapannya adalah sebagai berikut.
A. Tahap Pra Latih
A.1. Usia 0-2 Tahun
Pada tahap ini, anak harus dekat dengan ibu (fase menyusui). Proses menyusui bukan sekedar memberi ASI, maka ibu hendaknya memberikan perhatian secara penuh kepada anaknya ketika menyusui dengan tidak melakukan aktifitas lainnya saat menyusui berlangsung.
A.2. Usia 3-6 tahun
Anak harus dekat dengan kedua orangtuanya. Sosok ayah dan ibu harus hadir agar anak memiliki keseimbangan emosional dan rasional. Kedekatan kedua orangtua akan membuat anak mampu membedakan sosok laki-laki dan perempuan.
B. Tahap Pre Aqil Baligh (Usia 7-10 tahun)
Anak laki-laki lebih didekatkan kepada ayah kandung pada usia ini egosentris anak bergeser ke sosiosentris. Dengan demikian, ayah dapat membimbing anak lelakinya untuk memahami peran sosialnya. Cara yang dapat dilakukan:
1. Ayah mengajak anak lelakinya berjamaah di masjid.
2. Bongkar pasang mesin di rumah bersama.
3. Mencuci mobil bersama.
Anak perempuan pun didekatkan dengan ibunya agar dapat memahami peran sosialnya. Adapun ragam aktivitas yang dapat dilakukan ibu bersama anak perempuan misalnya:
1. Membuat makanan kesukaan anak bersama.
2. Belajar menjahit,  membuat pita, bandana,  menyulam, dsb.
3. Mendiskusikan tentan menstruasi, peran wanita yang kelak akan menjadi ibu, dsb.
C. Tahap Pre Aqil Baligh 2 (Usia 10-14 tahun)
Rentang usia ini adalah puncak perkembangan Fitrah Seksualitas. Pada usia ini anak laki-laki akan mengalami mimpi basah, sedangkan anak perempuan akan mengalami menstruasi. Mereka juga mulai memiliki ketertarikan pada lawan jenis. Oleh karena hal itu hal yang harus segera dilakukan adalah memberikan kamar terpisah antara anak laki-laki dan perempuan.
Di usia ini, anak laki-laki harus lebih dekat pada ibunya agar mereka mampu memahami dan memperhatikan lawan jenisnya melalui kacamata perempuan. Harapannya kelak mereka akan tumbuh sebagai laki-laki yang bertanggungjawab dan penuh kasih sayang.
Demikian halnya juga dengan anak perempuan. Pada usia ini, anak perempuan harus lebih dekat dengan ayahnya. Ayah menjadi cinta pertamanya dan menjadi tempat mencurahkan segala keluh kesah. Kedekatan ini membuat anak perempuan bisa memahami bagaimana laki-laki harus diperhatikan, dipahami dan diperlakukan sesuai persepsi laki-laki.
Notes: setelah usia 14 tahun, anak bukan lagi anak melainkan individu yang setara. Tugas orangtua sudah selesai di usia ini. Jumhur ulama bersepakat bahwa usia 15 tahun adalah usia aqil baligh. Pada usia tersebut, anak sudah bertanggungjawab pada dirinya sendiri.

Keempat, terkait perbedaan jenis kelamin (sex) dan gender.
Jenis kelamin:
-merupakan perbedaan biologis antara laki-laki dan perempuan.
-perbedaan sex sama di seluruh dunia bahwa perempuan bisa hamil sementara laki-laki tidak, sifatnya universal.
-perbedaan sex tidak berubah dari waktu ke waktu. Dari dulu hingga sekarang dan masa datang, laki-laki tidak mengalami menstruasi dan tidak dapat hamil.
Gender:
-merupakan perbedaan peran, hak, dan kewajiban, kuasa dan kesempatan antara laki-laki dan perempuan dalam kehidupan masyarakat
-gender tidak sama di seluruh dunia, tergantung dari budaya dan perkembangan masyarakat di satu wilayah, sifatnya lokal
-gender berubah dari waktu ke waktu; setiap peristiwa dan merubah hubungan antara laki-laki dan perempuan dalam masyarakat

Kelima, dalam hal anak yang orang tuanya bercerai, meninggal dsb, yang menjadi point penting adalah pada fase 0-14 tahun itu ada seseorang yang mendampinginya dan memiliki peran sebagai ayah dan ibu.
Seperti halnya rasul, meskipun yatim piatu, beliau memiliki fitrah seksualitas yang sempurna karena ada kakek, paman, maupun pengasuh yang menggantikan peran ayah dan ibu.

Keenam, tentang mainan 'laki-laki banget' tidak apa-apa jika anak perempuan bermain mainan seperti laki-laki. Menurut psikolog anak Ajeng Raviando, Psi., ketika anak masih kecil terutama di usia balita, mereka harus sudah mulai diasah daya imajinasinya karena akan mempengaruhi cara berpikirnya di masa depan. Maka dari itu, Anda disarankan agar tidak membatasi permainannya. Jadi, jangan terlalu mengkotak-kotakan antara anak perempuan dan laki-laki karena semakin lama pemikiran mereka semakin berkembang sesuai dengan imajinasi mereka. Biarkan mereka berimajinasi tapi tetap mendampingi mereka agar tidak keluar batas ketika berusaha mengembangkan daya kreativitasnya. Psikolog Vera Itabiliana Hadiwidjojo juga menjelaskan agar tidak perlu membedakan gender saat memilihkan permainan. Hal tersebut supaya anak-anak lebih terstimulasi. Orang tua sebaiknya tidak melarang, tapi mendampingi dan mengarahkan mereka ketika bermain.

Ketujuh, terkait menyikapi anak usia 8 tahun yang merasa risih dipeluk. Menurut pengalaman pemateri, cara mengurangi rasa risih saat memeluk atau dipeluk adalah melatih eye contact dulu dan mengusap-usap tangan dulu. Tatap wajah anak. Hadirkan perasaan sayang kita padanya. Perbanyak skinship dengan anak. Klo sering bersentuhan, lbh mudah memeluk.

Kedelapan, terkait waktu yang tepat memisahkan kamar tidur anak laki-laki dan perempuan apakah 7 tahun atau 10 tahun. Menurut fitrah based education, pemisahan di rentang usia 10-14 tahun. Sigmund Freud berpendapat bahwa pada usia dibawah 12 tahun, anak2 dalam Fase Laten.
Fase ini merupakan fase tenang, anak-anak akan lebih sibuk dengan kegiatannya tanpa ‘diganggu’ oleh munculnya dorongan-dorongan. Jadi, kondisi tersebut masih aman. Untuk pemisahan kamar bisa dimulai usia 12 tahun. Namun demikian, hadist dari Rasulullah menganjurkan memisahkan tempat tidur anak di usia 10 tahun. Nah, ini yang insya Allah shahih.

Kesembilan, terkait cara mengenalkan aurat pada anak. Caranya lebih bersifat pembiasaan sejak dini. Untuk memperkenalkan konsep aurat, ibu bisa melakukannya sambil bernyanyi, bercerita, dll. Adapun cara yang paling utama adalah melalui teladan dari orangtuanya.
-Ajari anak untuk mengetahui auratnya, menutupnya dari pandangan orang yang tidak berhak,
-Menundukkan pandangan dari aurat yang tidak boleh dilihatnya, termasuk di media cetak, tontonan, televisi, dll. Sebagai orangtua kita juga perlu memperhatikan tontonan anak. Jangan sampai mereka menonton sesuatu yang mengumbar aurat walaupun dalam bentuk kartun ataupun film anak.
-Ketika anak bertanya, maka kembalikan dengan belajar bersama anak untuk mencarinya ke dalam tuntunan agama kita, yakni Qur'an dan hadits

Sekian sih poin yang saya tangkap. Wallahu'alam bi shawwab.. Semoga bisa menambah ilmu dan amal :) aamiin

Another Notes:
Oiaaa.. Media edukasi kelompok ini juga "easy listening" buat masa pra latih, yakni berupa lagu dari mba hilda. Selain itu, ada lembar mewarnai dan tebak gambar.. Masyaa Allah, barokallahu fiikunna.

Link Media Edukasi:
 http://bit.ly/2mARwAP
 http://bit.ly/2DjWUnf


#Tantangan10Hari
#Level11
#BundaSayang
#MembangkitkanFitrahSeksualitasAnak

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Aliran Rasa #11

Aliran Rasa Alhamdulillah, saya senang di Tantangan Level #11 ini karena: 1. Bertaburan media edukasi baik itu di grup maupun sosmed. MasyaaAllah, kreatif dan sarat informasi bermanfaat.. barokallahu fiikunna, bunprof :) 2. Grup bunsay WhatsApp jadi "ramai" diskusi sepuluh hari berturut-turut. Tidak melulu berbicara akan tantangan masalah melainkan juga sharing untuk mencari solusi. MasyaaAllah, barokallahu fiikunna :) 3. Konsep metode "learning by teaching" per kelompok memberikan hikmah tersendiri, yaitu keluar dari zona nyaman. Biasanya buat rencana, eksekusi dan nulis sendiri. Tapi, tantangan kali ini lewat diskusi grup, mulai dari: membagi waktu jam online untuk diskusi,  menyamakan persepsi, aktif membaca literatur, merumuskan bahan dan media edukasi, membahas strategi membagi tugas, rembukan nama Genk, dll. Begitupun juga dengan menyimak presentasi grup lain yang mungkin jadwal online-nya di luar jam "online time" pribadi, tapi ya mensiasati...

saatnya berbagi makanan kesukaan (tahap ulat pekan6)

Pekan ini, tugasnya adalah 'mengasah rasa', mencoba berbagi makanan yang disukai oleh teman kita. MasyaAllah... jadi ingat hadits berikut. Yup, setelah kembali melihat jurnal #5, saya mencoba menganalisis setidaknya ada irisan kebutuhan yang sama dari 14 orang sahabat bulat, yakni: manajemen waktu, pendidikan anak dan cooking (resep). Oleh karena itu, saya kembali "ngubek-ngubek" dokumentasi sumber belajar yang pernah saya simpan dan manfaatkan dahulu. Dan, tarrraa.. saya pun segera mengemas paket potluck: 1. Manajemen waktu ramadhan di http://bit.ly/cemilanibu      2. Manajemen pendidikan anak di http://bit.ly/potluck_edu 3. Resep dan Pedoman gizi (dari rumbog IP Bogor) di http://bit.ly/bogabogor Terharu Mendapat Potluck Alhamdulillah, senang banget dapat potluck dari teman-teman. Alhamdulillah, semuanya saya butuhkan. Terharu! Nah, potluck dari teman-teman  saya klasifikasikan dalam dua tema besar, yakni parenting dan kajian keislaman. Untu...

Fotografi: Kids and Nature

Lokasi : Kebun Raya Bogor Tanggal Foto: 2 April 2017 Waktu: 07.54 Subtema: "Think Green" Model: Raufa Foto Edit: Tanpa Edit Lokasi : Kebun Raya Bogor Tanggal Foto: 2 April 2017 Waktu: 07.36 Subtema: "Galau: Main apa lagi ya?" Model: Hadiya Foto Edit: Tanpa Edit Lokasi : Kebun Raya Bogor Tanggal Foto: 2 April 2017 Waktu: 07.35 Subtema: "Just walking" Model: Hadiya Foto Edit: Tanpa Edit #kidsandnature #fotolandscape #lombafoto #rumbelfotografiiipbogor #rumahbelajarfotografi #femalefotografer #smartphonephotographer